BAHASA INDONESIA SERING DISEPELEKAN
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaam sepakat menjalin kerjasama dalam pengembangan termasuk penginternasionalan Bahasa Indonesia.
Penandatanganan naskah kerjasama dilakukan Rektor UMSU,Dr Agussani, MAP melalui Wakil Rektor I, Dr Muhammad Arifin Gultom bersama Prof Dr Dadang Sunandar, M Hum, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di aula Kampus UMSU Jalan Kapten Mukhtar Basri, Jumat (5/10). Penandatanganan naskah kerjasama ini diisi dengan kuliah umum bertajuk, “Penginternasionalan Bahasa Indonesia dalam upaya peningkatan fungsi Bahasa Indonesia.
Menurut WR I UMSU, Dr Muhammad Arifin Gultom, SH, M Hum, kerjasama yang dilakukan UMSU dengan Badan Bahasa merupakan salah satu upaya untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan fungsi Bahasa Indonesia. Ada kesan Bahasa Indonesia kurang mendapatkan perhatian dan diminati ketimbang dengan bahasa asing.
Dia berharap kerjasama yang dilakukan bisa diwujudkan dengan kegiatan yang lebih konkrit. “Melalui penandatanganan kerjasama UMSU dengan Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa ini bisa lebih mendorong peningkatan fungsi Bahasa Indonesia sehingga harapannya bisa menjadi salah satu bahasa internasional. Paling tidak menjadi bahasa resmi di tingkat ASEAN,” katanya.
Sementara itu, Prof. Dr, Dadang Sunandar, M Hum mengatakan, penggunaan Bahasa Indonesia merupakan harga mati. Artinya Indonesia sebagai bangsa yang memiliki keberagaman suku serta bahasa mampu bersatu dengan adanya Bahasa Indonesia.
“Indonesia terdiri dari lebih dari 1300 suku dengan sekitar 652 bahasa daerah. Pendataan Badan Bahasa masih terus berlanjut dan diyakini jumlah bahasa daerah di Indonesia lebih banyak lagi,” katanya.
Khusus di Sumatera Utara ada sebanyak 14 bahasa daerah yang terdata dan delapan yang menonjol. Hal ini menunjukkan betapa beragamnya bahasa daerah yang harus dijaga, jangan sampai punah.
Beragamnya Bahasa daerah di Indonesia menarik minat banyak peneliti dari luar negeri yang tertarik mempelajari keberadaan suku dan bahasa daerah. Ribuan peneliti dari seluruh dunia ini menjadikan Indonesia sebagai laboratorium bahasa dunia sehingga sudah seharusnya bahasa daerah dilindungi agar tidak punah.
Di sisi lain Dadang mengaku, prihatin dengan prilaku berbahasa sebagian masyarakat Indonesia yang menyepelekan keberadaan dan Posisi Bahasa Indonesia. Berdasarkan pengamatan, masih banyak yang menggunakan bahasa asing di ruang-ruang publik, padahal sangat jelas menlanggar aturan.
“Bahasa Indonesia sering dianggap sepele, padahal keberadaan Bahasa Indonesia menentukan masa depan Indonesia,” katanya.
Untuk itu Badan Bahasa gencar mensosialisasikan dan mengembangkan Bahasa Indonesia, bukan hanya secara nasional, bahkan ke internasional, salah satunya lewat Program Bahasa Indonesia bagi penutur asing. Sejalan dengan itu juga Badan Bahasa menanamkan nilai-nilai keIndonesiaan di luar negeri demi mewujudkan peran dan pengaruh mendukung perdamaian dunia.